PT. PAN ASIA SUPERINTENDENCE CABANG BATAM: Menjadi Saksi, Bukan Menjamin

Jumat, 23 Desember 2011

Menjadi Saksi, Bukan Menjamin

19 September 1981 Majalah Tempo ASOSIASI dalam KADIN dapat.anggota baru, AISI (Asosiasi Independent Surveyor Indonesia). Resmi melapor ke KADIN bulan Mei lalu, AISI menghimpun 14 perusahaan yang bergerak di bidang survei. Bidang usaha mereka khusus memeriksa, menguji, mengawasi dan meneliti obyek yang berkaitan dengan banyak kegiatan di sektor pemerintah dan swasta. Misalnya pembelian dan penyediaan stok beras dan komoditi lainnya, pembelian dan cbarter alat ar.gkutan seperti kapal dan pengawasan serta pengujian beragam jenis mesin industri. Tak pelak lagi pesatnya pembangunan mendorong tumbuhnya perusahaan yang bergerak di bidang survei. "Tahun ini akan kami jadikan titik awal untuk memasyarakatkan kegiatan survei," kata Suprapto Mangunwerdoyo, Sekjen AISI yang merangkap direktur PT. Intersubus Asia, suatu perusahaan yang bergerak di bidang survei bongkarmuat angkutan laut dan fumigasi. Harapan Suprapto tampaknya cukup beralasan, melihat besarnya perhatian yang diberikan pemerintah terhadap kegiatan survei. Akhir Agustus lalu, Departemen Perdagangan dan Koperasi yang sejak 1969 mengatur usaha kegiatan itu, mengumpulkan para pengusaha itu di hotel Orchid, Jakarta guna ditatar. "Tujuannya, agar mereka tetap menjaga dan mempertahankan sifat dan ciri khas perusahaan pensurvei: independen, obyektif, jujur dan tidak memihak," kata seorang pejabat Departemen Perdagangan pada TEMPO. Itu dibenarkan para pengusaha pensurvei. "Modal dasar, untuk bisa berhasil di bidang ini memang harus punya ketrampilan, relasi dan dipercaya orang," kata Harsoyo Tomo pemilik PT Tomo & Son, perusahaan yang banyak mensurvei kapal baru atau bekas yang dibeli atau dicharter pemerintah dan perusahaan swasta di sini. KM Tampomas II, yang tenggelam di P. Masalembo, sekitar Januari lalu, juga termasuk kapal yang disurvei Tomo & Son. Tomo mengakui. dewasa ini memang masih ada anggapan keliru terhadap kewajiban pensurvei. "Banyak yang menganggap kami sebagai lembaga penjamin," keluhnya. Padahal, dengan sertifikat yang dikeluarkannya, perusahaan pensurvei hanya menjadi "saksi autentik" atas obyek yang ditelitinya. Setengah Persen Ia menyebut contoh kasus KM Tampomas II. Kapal itu dibeli PT PANN dari PT Komodo Marine. Adalah Komodo Marine yang meminta jasa Tomo untuk mensurvei kapal tersebut, sebelum mereka beli dari pihak Jepang. "Dengan peralatan dan staf yang lengkap kami berangkat ke Jepang dan meneliti kapal itu. Kami periksa, berapa pelampung, sekoci dan bagaimana kondisi keseluruhan kapal itu. Pokoknya, kami jelajahi seluruh ruangan kapal dan hasil penelitian itu kami paparkan dalam sertifikat," kata Tomo. Sertifikat tersebut diberikan pada Komodo Marine, buat bahan pertimbangan sebelum membeli kapal tersebut. Untuk itu mereka dibayar. Berapa? "Besarnya tarif survei kira-kira setengah pcrsen dari transaksi," ucap Suprapto. Dengan biaya yang menurut dia tak mahal itulah, perusahaan-perusahaan survei membiayai hidup mereka. Tomo & Son, misalnya, setelah mensurvei puluhan kapal, kini baru tampak berkembang. Pertengahan September ini, mereka pindah kantor. Dari suatu gedung tua di Jalan Kebon Sirih ke sebuah ruangan seluas 160 m2 di lantai 6 gedung Granada, Jakarta, yang mereka sewa sekitar Rp 150 ribu per bulan. Bagaimana pensurvei lain? "Langganan tetap kami, Bulog," kata Suhanda Kertasuwita, direktur PT Pan Asia Superintendence Corporation. Untuk menarap order Bulog itu Pan Asia tak sendirian, Bersama PT Superintending Company of Indonesia (Sucofindo) yang merupakan perusahaan survei pertama lahir dan milik pemerintah, ia punya jadwal tetap antara lain mensurvei stok beras Bulog di berbagai daerah. Toh masih ada keluhan pada surveyor Indonesh Seorang staf PT Jasa Asuransi Indonesa--yang setiap tahun rata-rata mengeluarkan dana survei Rp 600 juta mereka cukup sering kecewa dengan hasil pekerjaan pensurvei di sini. "Kualitas data yang diberikan kepada kami sering kurang akurat," katanya kesal. Karene itulah mereka cenderung lebih suka menggunakan pensurvei luar negari. Tapi, ini dibantah Suhanda, salah seorang pengurus AISI. "Kita memang agak ketinggalan dalm peralatan dari pensurvei luar negeri, tapi kualitas kerja bisa bersaing. Secara legal tak ada pensurvei asing yan beroperasi di sini. Kalau pensurvei gelap atau mengaku-ngaku saja, tak tahulah," tukasnya.

Tidak ada komentar: