PT. PAN ASIA SUPERINTENDENCE CABANG BATAM: CATATAN 77 DARI TEMPO

Jumat, 23 Desember 2011

CATATAN 77 DARI TEMPO

15 Januari 1977 Setelah Manipulasi Cook MULAI akhir 1976, kontrol terhadap ekspor bahan pangan dan produk pertanian AS diperketat. Inspeksi terhadap berat dan mutu produk pertanian yang diekspor tak lagi diserahkan pada swasta, tapi langsung diurus petugas USDA (Departemen Pertanian AS). Hanya 10 negara bagian mendapat wewenang untuk menginspeksi ekspor pertaniannya sendiri. Dan untuk mengkordinir kerja ekstra bagi USDA itu, akan diangkat 100 pegawai baru dan dibentuk suatu badan baru:, Federal Grain Inspection Service (FGIS), di bawah USDA. Selanjutnya pelanggaran terhadap ketentuan kontrol ekspor padi-padian itu berdasarkan UU Standar Ekspor Padi-padian yang disahkan 21 Oktober lalu diancam dengan denda sampai $AS 75 ribu. UU baru itu merupakan hasil penjajagan Senat AS dan USDA selama 16 bulan sejak Juni 1975. Biang penggugahnya adalah skandal ekspor padi-padian yang dilakukan 6 eksportir AS sejak tahun 1969, yang baru terbongkar 5 tahun kemudian. Seperti diberitakan AP dari Washington 24 Desember lalu, ke-6 eksportir itu memanipulir bantuan pangan dari pemerintah AS untuk India Bangladesh, Turki, Yunani, Cili, Uni Soviet dan 20 negara lain. Akibat terbongkarnya manipulasi bantuan pangan itu. pemerintah federal AS secara khusus menuntut perusahaan Cook Industries - eksportir padi-padian No.3 terbesar di AS - karena merugikan negara sebanyak $AS 24 juta. Kerugian itu disebabkan karena took mencampur kerikil, pasir, jerami dan tanaman kering dalam karung-karung gandum dan jagung yang dikapalkan ke herbagai negara tersehut. Juga skala timbangan perusahaan itu di negara bagian Louisiana dimanipulir, hingga beral yang tercantum jauh di atas berat sebenarnya. Adapun perusahaan lain yang juga terlibat skandal bantuan pangan pemerintah AS itu adalah Continental Grain. Bunge Grain, Archer-Daniels-Midland, Garnach Grain dan Mississippi Grain. Ke-5 perusahaan itu dituduh "ada main" dengan perantaranya, hingga bantuan pangan yang disubsidi pemerintah AS itu kwalitasnya merosot di bawah standar yang ditentukan. Mengapa manipulasi bantuan pangan itu begitu lama baru ketahuan? "Yah, inspeksi berat dan mutu bahan pangan yang dibongkar di negeri-negeri itu tidak seketat seperti di Amerika", tutur Verle Lenier, atase pertanian AS di Jakarta. Namun dia juga mengakui, sebelum keluarnya UU baru tentang pengawasan ekspor padi-padian itu sistim inspeksi di AS pun membuka peluang bagi manipulasi. Dulu, inspeksi sebelum beras, gandum atau jagung itu dimuat dilakukan oleh surveyor swasta. Atau surveyor negara bagian. Rupanya mereka itu ada main dengan ke-6 eksportir itu di terminalterminal sepanjallg sungai Mississippi", katanya lagi. Itu sebabnya sejak sekarang inspeksi sebelum barang dimuat di kapal harus dilakukan oleh petugas USDA sendiri. Kecuali untuk 10 negara bagian yang masih dipercaya, rupanya. Dengan ketentuan tambahan, bahwa petugas FGIS itu harus dirotasi secara periodik untuk menghindari pribadi yang lugas lagi dengan eksportir-eksportir tersebut. Adapun ke-6 eksportir itu sendiri tetap boleh mengekspor terus padi-padian AS yang dibeli lewat bantuan pemerintah AS (PL-480) maupun pembelian komersiil yang dijamin oleh US Commodity Credit Corporation (CCC). "Hanya saja, mereka harus membayar denda, dan petugas-petugasnya yang korup kemungkinan besar sudah dipecat", ujar Lanier. Menurutnya, para eksportir itu dikenal di Indonesia, khususnya bagi Bulog. Tiga di antaranya adalah langganan Bulog juga. Cook, Continental dan Bunge. Untungnya, manipulasi bantuan pangan selama 5 tahun itu - yang tak meliputi beras kebetulan tak melibatkan Indonesia. Menurut Lanier "sistim inspeksi bantuan pangan Bulog cukup baik". Inspeksi itu sampai kini dilakukan surveyor PT Sucofindo dan PT Pan Asia yang selama ini belum pernah mengajukan klaim pada USDA lantaran beras & gandum Amerika yang masuk julhlah atau mutunya tidak rnelnadai. "Kecuali pengapalan yang terakhir. di mana beras itu sebagian dihinggapi serangga. rapi itu tinggal disemprot saja", katanya. Amerika kreditor pangan No.2 bagi Indonesia, memheri pinjaman PL-480 sebanyak $AS 103 juta untuk tahun 76/77 ini. Dengan kredit ringan (3-4% bunga setahun) berjangka 20 tahun itu diharapkan dapat diperoleh 350.000 ton beras dan 100.000 ton gandum. Sedang dari Muangthai, selama periode yang sama pemerintah Indonesia telah memesan 500.000 ton beras Siann Ditambah dengan pembelian lainnya atas dasar pinjaman G-to-G dan pembelian komersiil murni, Bulog berusaha memenuhi seluruh gudang-gudangnya yang bakal berkapasitas 1 juta ton lebih guna menghadapi paceklik 76/77 ini.

Tidak ada komentar: