PT. PAN ASIA SUPERINTENDENCE CABANG BATAM: September 2012

Kamis, 20 September 2012

PENGADAAN BERAS: Tahun ini, Indonesia masih akan impor


BOGOR: Tahun ini Indonesia masih akan mengimpor beras. Mentan Suswono memperkirakan impor beras oleh Perum Bulog kurang dari 1 juta ton. Selain memaksimalkan pengadaan beras dari dalam negeri pada sisa akhir tahun ini.

Dari cerita Mentan, impor itu harus dilakukan. Pasalnya, dalam satu rapat di Kantor Menko Perekonomian, Bulog melaporkan stok pada akhir tahun hanya 1 juta ton. Padahal, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan minimal 1,5 juta ton.

"Kalau bisa malah 2 juta ton. Meko [Perekonomian] menginstruksikan 2 juta ton. Itu artinya ya impor  1 juta ton," ujarnya seusai acara APEC Workshop, Kamis (20/9/2012).

Hitungan Perum Bulog itu, katanya, moderat sehingga stok beras pada akhir tahun 1 juta ton. Kendati demikian, Suwono mengharapkan Bulog masih dapat memaksimalkan penyerapan beras petani sampai akhir tahun ini.

Jika Bulog masih dapat memaksimalkan penyerapan beras dalam 4 bulan terakhir ini, kemungkinan impor beras kurang dari 1 juta ton.
Sebelumnya, Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso memroyeksikan masih dapat menyerap beras sekitar 300.000-600.000 ton hingga akhir tahun. Namun, pada kondisi normal, mampu menyerap beras petani 400.000 ton dan skenario terjelek hanya akan ada tambahan pengadaan beras 300.000 ton.
Per 6 September 2012, Perum Bulog telah menyerap 2,94 juta ton beras atau naik 6,71% dibandingkan dengan serapan pada periode yang sama tahun lalu. Adapun, stok beras Bulog sampai saat ini sekitar 2,2 juta ton.

Artinya, dengan prediksi penambahan 300.000 ton ditambah asumsi penyaluran 1,2 juta--1,3 juta ton, Bulog masih memiliki pasokan minimal 1,1 juta ton pada awal tahun depan.

Jika, stok akhir beras Bulog pada akhir tahun ini hanya 1,1 juta ton,  Bulog akan mengimpor beras sebanyak 900.000 ton untuk memenuhi persyaratan stok akhir tahun sebanyak 2 juta ton.

Suswono menegaskan importasi beras tidak ada kaitanya dengan Kementerian Pertanian, karena impor tersebut bergantung terhadap kemampuan Bulog dalam menyerap beras di dalam negeri.

Jika Perum Bulog mampu menghimpun stok akhir tahun ini 2 juta ton beras, tidak perlu untuk impor. "Harapan saya masih ada panen sekarang, tingal Bulog lebih optimal." (msb)

Rabu, 19 September 2012

Padi Terserang Puso, Dicabuti Buat Pakan Ternak


Puluhan hektar padi dan kedelai di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur mengalami gagal panen karena terserang puso. Kondisi ini disebabkan kekurangan pasokan air saat tanaman di masa perkembangan.

Akibatnya, para petani mengalami kerugian jutaan rupiah karena untuk menggarap lahan tanaman padi membutuhkan modal minimal Rp 5 juta dan tanaman kedelai minimal Rp 3 juta.

Serangan tanaman padi puso terjadi di Dusun Puhti, Desa Pulerejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun. Sejumlah petani terpaksa mencabuti tanaman padi mereka yang memasuki usia 45 hari. Pasalnya, tanaman padi itu menguning dan mati karena kekurangan pasokan air.

Usai dicabuti tanaman padi itu, bakal digunakan untuk pakan ternak di rumah masing-masing petani.

Salah seorang petani, Suwarto (39) yang juga menjabat sebagai Humas Kelompok Tani Maju, Dusun Puhti, Desa Pulerejo mengatakan jika di kelompok taninya ada lahan seluas 41 hektar yang ditanami padi. Namun, dari luasan lahan itu sekitar 60 persennya terserang puso dan gagal panen. Dia mencontohkan tanaman padi miliknya sekitar setengah hektar mengalami puso. Dampaknya dia merugi jutaan rupiah.

"Untuk menggarap lahan padi 1 hektar kami membutuhkan modal sekitar Rp 5 juta dan untuk kedelai sekitar Rp 3 juta. Keduanya sama-sama kekurangan pasokan air dan gagal panen. Paling yang bisa dipanen antara 30 sampai 40 persen saja. Jadinya padi yang puso kami cabuti buat pakan ternak. Mau diairi sekarang juga tak bisa diselamatkan," terangnya.

Suwarto menambahkan, jika berhasil petani mampu menghasilkan sekitar 1,4 ton beras dan 8 ton kedelai dalam sekali panen dengan lahan seluas 1 hektar.

"Kalau kondisi hujan panen bagus, kalau kemarau ya seperti ini," paparnya.

Bupati Madiun, Muhtarom menegaskan, jika tanaman padi dan kedelai yang puso itu, disebabkan petani salah mengkalkulasi masa tanam. Menurutnya, tanaman padi dan kedelai yang terserang puso itu, karena keterlambatan masa tanam.

Kendati demikian, pihaknya meminta petani yang tanamannya puso didata dan dilaporkan ke Pemerintah Desa, Kecamatan dan dilanjutkan ke Dinas Pertanian untuk ditindaklanjuti karena puso termasuk bencana kekeringan.

"Makanya orang Jawa dulu selalu memeringatkan jangan tanam kedelai atau palawija setelah Agustus nanti yang subur hanya daunnya tanpa ada buahnya dan rawan.

Beras pandanwangi-akan diberi label murni


CIANJUR: Pemkab Cianjur berencana menerapkan label murni dalam sistem pemasaran beras Pandanwangi pada 2013 untuk menghentikan maraknya praktik pengoplosan beras unggulan tersebut.

Sudrajat Laksana , Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Cianjur, mengatakan pengembangan model agroindustri dan pemasaran beras berlabel khususnya Pandanwangi untuk meningkatkan nilai tambah 

Hal itu, katanya, diharapkan dapat memperbaiki pendapatan bagi petani dan produsen padi dengan memberikan jaminan mutu beras kepada konsumen.

"Dengan sistem seperti ini bisa menggerakkan dan memberdayakan seluruh potensi dan kelembagaan yang sudah ada agar dapat menghasilkan beras berlabel dalam suatu sistem yang terintegrasi," katanya kepada Bisnis, Minggu (16/9). 

Dia menjelaskan sejak 2006 Pemkab Cianjur bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) telah melakukan pendampingan terhadap sistem budidaya, pengolahan sampai ke pemasaran berasnya di sentra beras Pandanwangi yakni Kecamatan Warungkondang.

Untuk itu, pihaknya merasa yakin dengan jaminan Pandawangi berlabel itu akan memperkecil kendala dlam optimalisasi sistem pemasaran yang sedang dibangun melalui pemberdayaan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani).

"Konsumen beras Pandanwangi ini adalah masyarakat menengah ke atas. Oleh karenanya, harus ada jaminan khusus jangan sampai mereka justru kecewa dan beralih ke produk lainnya," ujarnya.

Sudrajat menuturkan pada tahun ini Pemkab Cianjur menargetkan produksi beras Pandanwangi 16.000 ton GKG dengan mengandalkan lima kecamatan yakni di Warungkondang, Gekbrong, Cibeber, Cilaku dan Cugenang. 

Saat ini, ungkapnya, lahan persawahan yang ditanami Pandawangi menyusut 5 hektare yang tersebar di lima kecamatan tersebut. Untuk mengatasi hal ini pihaknya telah membeli lahan milik warga. 

"Lahan itu dijadikan sebagai Kampung Pandanwangi. Nantinya di tempat tersebut setiap orang bisa mempelajari segala hal yang berkaitan dengan Pandanwangi termasuk apabila ada yang mau membelinya," jelasnya. 

Ketua Gabungan Petani Organik (GPO) Kabupaten Cianjur Usman mendukung gagasan pemberian label karena akan lebih meningkatkan kesejahteraan petani.

 Saat ini sebanyak 150 petani telah bergabung di organisasi yang dipimpinnya. "Kami yakin akan memberikan jaminan bagi semua pihak termasuk petani dan konsumen yang tidak ingin dirugikan. Makanya, kami medukung penuh gagasan tersebut," paparnya

IRIGASI RUSAK di Sulsel capai 40%


Tingkat kerusakan infsrastruktur irigasi pertanian di Sulsel yang mencapai 40% tidak berpengaruh signifikan terhadap realisasi produksi padi hingga subround kedua (periode Mei-Agustus) tahun ini.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Sulsel, realisasi produksi padi hingga, pada subround kedua tahun ini mencapai 1,6 juta ton, sementara pada subround pertama (Januari-April) mencapai 1,75 juta ton.

Dengan begitu total produksi padi Januari hingga Agustus telah mencapai 3,4 juta ton atau terealisasi sekitar 69,7 % dari target tahun ini sebanyak 4,8 juta ton.

Kepala Bidang Produksi Tanaman Bangan Diperta Sulsel, Aris Makta Amin mengatakan tingkat kerusakan infrastrkur irigasi yang mencapai 40% dirasakan tidak akan terlalu berpengaruh terhadap produksi padi, mengingat sawah irigasi teknis pada sentra penghasil padi Sulsel masih tetap berproduksi.

Apalagi kerusakan pada infrastruktut irigasi yang terjadi mampu diantisipasi petani bersama dinas pertanian di daerah sehingga tetap mampu di manfaatkan meski tidak terlalu maksimal.
 "Dan hasilnya, produksi padi sudah 3,4 juta ton," ujarnya, Senin (17/9/2012).

Menurutnya, produksi padi pada subround kedua sesuai dengan proyeksi, lantaran pada subround kedua ini sejumlah daerah di Sulsel yang memasuki musim kemarau dan sedikit mempengaruhi produksi.

"Meski demikian pengaruhnya tidak terlalu signifikan, karena sumber irigasi teknis masih bisa dimanfaatkan, di samping kerusakan infrastruktur yang terjadi masih bisa di atasai petani untuk menunjung produksi,"

Gita: Impor Beras Vietnam Untuk Ketahanan Pangan


Jakarta - Kementerian Perdagangan akan kembali melakukan impor beras dari Vietnam dengan dalih mendukung program ketahanan pangan nasional.

"Dimaksudkan untuk menyediakan alternatif cadangan beras bagi Indonesia dikala memerlukannya," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan usai melakukan penandatanganan perpanjangan nota kesepahaman dengan Vietnam terkait perdagangan beras di kantornya, Selasa (17/9/2012).

Sebelumnya, pemerintah sudah melakukan kerjasama dengan beberapa negara produsen beras seperti Kamboja dan Thailand, dengan tujuan yang sama dalam memenuhi kebutuhan beras dalam negeri.

"Ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pasokan beras dari satu negara. Jadi jika terpaksa impor beras, kita memilih negara yang menawarkan harga yang lebih murah dan berkualitas," ujarnya.

Lanjutnya, tindakan impor beras merupakan langkah terakhir yang dilakukan untuk menjaga stabilitas harga di dalam negeri. "Harga yang stabil kan, nantinya bisa dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah, namun tanpa merugikan petani," tuturnya