PT. PAN ASIA SUPERINTENDENCE CABANG BATAM: 01/31/12

Selasa, 31 Januari 2012

Impor Beras Baru Akan Diputuskan April 2012

JAKARTA – Wakil Menteri Pertanian Rusman Heryawan mengatakan bahwa persediaan stok beras tetap ada di tiap awal tahun, berkisar empat juta ton. Stok empat juta ton beras di tiap awal tahun tersebar sekitar 1,3 juta ton di gudang Bulog, dan sisanya sekitar 2,7 juta ton di tengkulak, pedagang, dan rumah tangga. “Kajian kita bahwa tiap akhir tahun itu beras kita itu kurang lebih stoknya 4 juta ton. Jadi sebenarnya setiap awal tahun itu ada over barang itu,” demikian diungkapkan Rusman, saat ditemui di kompleks Istana Wapres, Jakarta, Jumat (20/1/2012). Ia menegaskan, jika tidak percaya bahwa ada stok beras 4 juta ton pada tiap awal tahun, maka per 1 Januari, kondisinya tidak ada stok sama sekali. Sehingga berakibat pada semua masyarakat akan tidak makan pada waktu itu. “Itu logikanya begitu,” jelasnya. Karena itu, lanjut Rusman yang juga Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), dirinya mengusulkan agar tidak terburu-buru mengambil kesimpulan melakukan impor beras pada 2012 ini. Lebih lanjut, ia mengaskan keputusan impor atau tidak, sangat tergantung pada prestasi produksi beras saat memasuki panen raya sejak Februari hingga April nanti. “Tergantung prestasi produksi pada musim tanam sekarang ini. Dan nanti kelihatan sampai April ini.” “Lalu nanti Oktober kita evaluasi. Lalu kita putuskan langkah berikutnya,” lanjutnya. Ditegaskan, keputusan impor beras atau tidak akan diambil setelah bulan April. “Setelah April ini.” jelasnya. Ia juga mengatakan untuk menjaga produksi beras, di tengah prediksi BMKG soal curah hujan yang dapat berdampak banjir, Kementerian Pertanian dan korps pertanian secara keseluruhan akan berada di garda depan untuk menjaga dan melakukan pengawalan.

Bulog: Impor beras Myanmar hanya saat diperlukan

JAKARTA. Direktur Utama Perum Bulog, Sutarto Alimoeso membantah akan merealisasikan impor beras dari Myanmar dalam waktu dekat. Ia bilang, pihaknya hanya menandatangani memorandum of understanding (MOU) komitmen penyediaan beras dengan asosiasi industri beras di Myanmar. "Jangan disalahartikan, ini hanya MoU, bahwa mereka (Myanmar) menyanggupi menyediakan beras untuk Indonesia jika kita perlukan,” kata Sutarto ketika dihubungi KONTAN, Senin (30/1). Ia bilang, dalam MoU tersebut, Bulog bisa saja membatalkan rencana pembelian jika harga yang beras yang ditetapkan Myanmar terlalu tinggi. “Kalau harganya tidak masuk, ya tidak bisa (impor)," jelas Sutarto. Dalam penjelasannya, MoU dengan Myanmar itu hanya komitmen untuk pengadaan beras sebesar 200.000 ton jika Indonesia membutuhkannya dalam jangka waktu satu tahun ke depan. Kesepakatan itu menurut Sutarto, merupakan komitmen business to business, bukan di bawah payung hukum perjanjian antar dua negara seperti dengan Thailand dan Vietnam. Sebelumnya, asosiasi Industri beras dari Myanmar mengaku sudah menyepakati penjualan beras kepada Perum Bulog sebanyak 200.000 ton. Pihak Asosiasi bilang, transaksi pembelian beras itu akan menjadi pengapalan beras pertama ke Indonesia, setelah ekspor beras Myanmar ke Indonesia terhenti sejak 10 tahun lalu.

Tahun Ini 200 Ribu Ton Beras Myanmar Masuk Indonesia

Myanmar akan mengekspor sebanyak 200 ribu ton beras ke Indonesia pada tahun ini. Hal itu menyusul ditandantanganinya nota kesepahaman antara Perusahaan Umum (Perum) Bulog dan Asosiasi Industri Beras Myanmar (MRIA), di Yangong, Myanmar, Sabtu (28/1/2012). Penandatanganan nota kesepahaman itu, dihadiri oleh Wakil Menteri Perdagangan Myanmar, U Pwint San, dan Duta Besar Indonesia untuk Myanmar, Sumarsono. Secara umum, nota kesepahaman itu mengatur kerjasama teknis di bidang pembangunan pedesaan dan pertanian, namun di dalamnya juga tertuang mengenai perjanjian ekspor beras sebanyak 200 ribu ton, sepanjang tahun 2012, dan akan mulai bergulir Februari mendatang. "Bulog dan MRIA menandatangani kesepakatan malam ini, di mana Indonesia akan membeli dari 100.000 sampai 200.000 metrik ton dari 5 persen beras patah Myanmar setiap tahunnya," kata sekretaris MRIA, Ye Min Aung, seperti dikutip dari Reuters, Senin (30/1/2012). Menurutnya satu ton beras patah Myanmar, dihargai sekitar 500 Dollar Amerika di pasar internasional. "Pengiriman pertama sebesar 10.000 ton akan dikirim pada bulan Februari, seperti yang kita telah disepakati," ungkapnya. Myanmar terangnya biasa mengekspor beras patah sebesar 25 persen. Menurut data MRIA, pihaknya mengekspor 537.000 ton di tahun fiskal 2010/2011 (April / Maret), dan 897.000 ton di tahun sebelumnya. Lebih dari 533.000 ton, telah diekspor pada 15 Januari kemarin, di tahun fiskal berjalan. "Kami biasanya ekspor sekitar 700.000 ton dari 25 persen beras patah setiap tahun. Ekspor tahun ini diperkirakan berada di sekitar itu," tutur Ye Min Aung. Bulog sendiri telah mengimpor 1,9 juta ton beras pada tahun lalu dari Thailand, Vietnam dan India, namun pada tanggal 5 Januari kemarin menyatakan akan menghindari impor pada tahun ini, karena ingin menjadi mandiri, seperti di awal 1980-an.