PT. PAN ASIA SUPERINTENDENCE CABANG BATAM: ‘Impor karena Produksi bukan Pengadaan’

Kamis, 10 Mei 2012

‘Impor karena Produksi bukan Pengadaan’

Dirut Perum Bulog, Sutarto Alimoeso Indonesia tahun ini diprediksi bakal mengimpor beras lagi. Sebagai satu-satunya lembaga yang mendapat tugas mengimpor, Bulog kerap dituding lebih menyukai impor ketimbang menyerap gabah dan beras dari dalam negeri. Berikut ini wawancara Agro Indonesia dengan Direktur Utama Perum Bulog, Sutarto Alimoeso mengenai seputar kondisi pengadaan dan adanya prediksi impor. Sejauh ini sudah berapa besar pengadaan gabah dan beras Bulog? Sampai hari ini (Rabu, 25/4) pengadaan beras sudah sebanyak 1,23 juta ton. Saya perkirakan sampai besok (Kamis, 26/4) akan mendekati 1,3 juta ton. Jumlah ini jauh lebih besar dari dua tahun terakhir. Saya perkirakan capaiannya sebesar 160% dibandingkan tahun 2010 dan 2011. Dibandingkan 2008 mencapai 120%. Jika dibandingkan 2009 yang pengadaannya mencapai rekor tertinggi memang masih kalah. Pengadaan tahun ini, pada periode yang sama baru 70% dari 2009. Apa faktor pendongkrak pengadaan tahun ini lebih baik dari dua tahun terakhir? Meski sudah dimulai sejak tahun lalu, tapi mulai tahun ini saya terus mendorong gerakan semut. Melalui pasukan semut ini pengadaan dioptimalkan melalui jaringan di tingkat petani dan penggilingan kecil, bahkan hingga penebas padi. Bahkan saya mendorong Bulog di daerah bekerjasama dan kontrak dengan gabungan kelompok tani, seperti sudah dilakukan di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Faktor lain? Saya juga mendorong lebih kencang mekanisme “dorong tarik”. Maksudnya, pihak pemerintah daerah melalui dinas pertanian dan penyuluh pertanian memberikan informasi mengenai kondisi panen, lalu Bulog menjemput bola membeli gabah. Mekanisme ini sudah berjalan dengan intensif di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Selatan. USDA memprediksi Indonesia akan impor lagi sebanyak 2 juta ton. Bagaimana pendapat Anda? Soal impor tidak ada hubungannya dengan pengadaan, tapi soal produksi. Soal impor terkait dengan berapa kebutuhan dalam negeri dan berapa kemampuan produksi dalam negeri. Jika terjadi shortage atau kekurangan, maka sudah pasti akan ada impor. Jadi, kalau impor atau tidak impor, cukup atau tidak cukup, bukan terkait kemampuan pengadaan Bulog. Sebab, stok Bulog bisa berasal dari dalam negeri, tapi juga bisa dari luar negeri. Analisa Anda seperti apa? Berdasarkan analisa yang dibuat Bulog, penyediaan beras dari produksi dalam negeri ditambah impor selama 5 tahun terakhir, paling aman pada tahun 2008 dan 2009 menunjukkan harga beras sangat stabil. Kondisi tersebut dipicu dengan pertumbuhan penyediaan beras dari dalam dan luar negeri sebesar 5% per tahun. Jadi, yang paling aman dalam jangka waktu tiga tahun total penyediaan beras dari dalam negeri dan impor mencapai 15%, sehingga rata-rata setiap tahun harus mencapai 5%. Karena itu, jika pertumbuhan produksi di atas 5%, maka tidak akan ada impor. Tapi kalau kurang dari itu, kemungkinan akan impor. Artinya, produksi gabah/beras dalam negeri harus jauh di atas pertumbuhan penduduk sebesar 1,5% setiap tahun. Jadi, kalau produksi padi meningkat 5%, maka pemerintah tidak perlu mengimpor beras.

Tidak ada komentar: