PT. PAN ASIA SUPERINTENDENCE CABANG BATAM: Pedagang Yakin Impor

Senin, 16 April 2012

Pedagang Yakin Impor

Kalangan pedagang beras memastikan kalau produksi beras tahun ini tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan nasional sehingga perlu dilakukan upaya untuk menambal kekurangan pasokan itu melalui kegiatan impor “Jika melihat kondisi panen raya yang terjadi pada saat ini, besar kemungkinan kalau produksi beras tahun ini tidak akan memenuhi kebutuhan di dalam negeri,” kata ketua Perhimpunan Penggilingan Padi (Perpadi) DKI Jaya, Nellys Soekidi kepada Agro Indonesia, akhir pekan lalu. Menurut Nelly, tidak mampunya produksi beras tahun ini untuk memenuhi kebutuhan nasional, bukan disebabkan oleh kegiatan budidaya padi yang mengalami kegagalan, tetapi lebih disebabkan oleh menyusutnya lahan pertanian padi. “Jika dilihat dari tingkat produktivitas, volume padi yang dihasilkan setiap hektare lahan padi mengalami kenaikan,” ujarnya. Dia mencontohkan, pada panen raya yang terjadi saat ini, banyak lahan padi di sejumlah wilayah di Jawa yang mampu menghasilkan panen sekitar 6 ton/ha. Tingkat produktivitas ini jauh lebih baik dibandingkan dengan tingkat produktivitas lahan padi tahun-tahun sebelumnya yang tidak mampu menghasilkan panen 6 ton/ha. Namun, peningkatan pada sisi produktivitas itu tidak diimbangi oleh pengamanan atau perluasan lahan padi. Justru yang terjadi adalah merebaknya gejala penyusutan lahan padi di Jawa. Nellys mencontohkan, kondisi lahan padi di sekitar Ngawi-Madiun, Jawa Timur. Di sepanjang wilayah itu, kini banyak berdiri kawasan pemukiman. Padahal, dulunya, kawasan itu merupakan kawasan pertanian. “Hal ini juga terjadi di kawasan Karawang, Jawa Barat. Di kawasan yang dulunya dikenal sebagai lumbung padi Jawa Barat itu sekarang banyak berdiri kawasan industri dan perumahan,” papar Nellys. Dengan produksi beras yang tidak cukup banyak itu, tentunya Bulog akan mengalami hambatan dalam melakukan penyerapan beras di musim panen sekarang ini. Menurut Nelly, dalam kondisi produksi beras yang tidak terlalu besar ini, Bulog akan kesulitan untuk melakukan penyerapan karena lembaga ini juga akan bersaing dengan kalangan pedagang dalam mendapatkan beras petani. “Jika Bulog menaikkan harga pembelian untuk menyerap beras petani, maka pedagang juga akan menaikkan harga pembeliannya guna mendapatkan beras dari petani,” ujarnya. Bagi Nellys, besar kecilnya penyerapan beras petani oleh Bulog tidak bisa ditentukan oleh sisi harga, termasuk penetapan harga pembelian pemerintah. Kemampuan penyerapan beras oleh Bulog lebih ditentukan oleh besar kecilnya produksi beras. Dia juga menilai mampu tidaknya Bulog untuk mencapai target penyerapan beras petani akan ditentukan pada kegiatan penyerapan pada musim panen yang saat ini berlangsung. “Seharusnya, musim panen kali ini menjadi momen bagi Bulog untuk menyerap beras sebanyak-banyaknya. Jika musim panen kali ini tidak mampu melakukan penyerapan secara maksimal, maka jangan harap penyerapan bisa dilakukan lebih besar lagi pada panen kedua,” katanya. Saat ini, kegiatan panen raya masih terjadi di sebagian sentra produksi di Jawa Tengah dan mulai terjadi di sejumlah sentra produsen di Propinsi Jawa Barat. Sementara untuk wilayah Jawa Timur, kegiatan panen raya sudah usai sejak bulan lalu. Nellys juga mengimbau Bulog untuk tidak mengambil risiko dalam mengamankan pasokan dan kebutuhan beras nasional. Jika memang penyerapan beras petani tidak maksimal, sehingga menyebabkan terjadinya kekurangan stok cadangan beras pemerintah, maka tak ada salahnya Bulog mencari tambahan pasokan dari kegiatan impor. “Kegiatan impor tidak menjadi masalah sepanjang kegiatan itu bisa memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap komoditas beras,” tegasnya. Walaupun begitu, Nellys juga mengingatkan pemerintah agar bersungguh-sungguh dalam meningkatkan produksi beras dengan memberikan perhatian lebih besar terhadap produktivitas dan perluasan lahan pertanian sehingga tidak lagi mengambil jalan pintas berupa impor beras guna memenuhi kebutuhan dalam negeri

Tidak ada komentar: